Nada singkat itu mendadak terdengar. Refleks tanganku meraih ponsel dari saku dan membukanya. Cukup sekilas kubaca barisan kata yang muncul di layarnya. Ada pesan masuk dari Cynthia, pacarku.
“Dimana beb? Udah nyampe mall?” begitulah kira-kira isi pesannya setelah diterjemahkan seadanya. Dengan gerakan terlatih, jari-jariku mengetik pesan balasan.
“Baru aja masuk nih. Kamu udah di mana?” hanya beberapa detik setelah aku menekan tombol send, pacarku tersayang sudah mengirimkan balasan.
“Aku lagi di Matro, beb. Lagi cobain baju di ruang ganti nomor 5. Kamu ke sini ya. Love you.” Usai membaca pesan itu, ponselku kembali kusimpan ke dalam saku. Aku pun lekas menuju toko pakaian yang dimaksud, sembari mengingat-ingat kira-kira berapa uang yang ada di dompetku.
***
Setelah bertanya pada mbak-mbak cantik berbadan bagus yang menawarkan parfum, kulangkahkan kaki mengarah pada ruang ganti nomor 5, yang ternyata berada di dekat bagian pakaian dalam. Sesampai di sana, awalnya aku berniat memanggil Cynthia, untuk mengabarkan kedatanganku. Namun, meski ada empat ruang ganti yang tersedia di sana, hanya satu yang gorden penutupnya terpasang. Tentu saja, nenek-nenek salto juga tahu pacarku yang berada di dalamnya.
Mestinya, tindakanku selanjutnya adalah duduk di sofa dan browsing internet di ponsel layaknya seorang pacar yang normal. Tapi tidak untukku. Saat itu, saraf-saraf jahilku sedang kumat. Rencana di otakku lebih seru daripada duduk dan bengong layaknya sapi ompong. Maka secara diam-diam, aku mendekati ruang ganti tempat Cynthia berada.
Pelan-pelan, gorden penutup itu kubuka sedikit. Sekadar cukup untuk satu mataku mengintip. Dari celahnya, kulihat Cynthia sedang membungkuk mencari-cari sesuatu di dalam tasnya. Oh ya, dia sedang berpakaian lengkap.
Sial.
Tanpa mengeluarkan secuilpun suara, aku mengendap-endap di punggungnya, lalu menutup kedua matanya dengan telapak tanganku.
“Coba tebak siapa…” ujarku usil. Cynthia meraih tanganku dan menggenggamnya. Genggamannya cukup kuat. Terlalu kuat.
“CIYAAAAAT!!!!” dengan lengkingan lantang, Cynthia membantingku dengan jurus a la judo. Tubuhku melayang-layang di udara, lalu terhempas keras di lantai.
“Lho? Sandy? Kamu nggak apa-apa? Kamu ngapain sih?” pacarku itu sepertinya kaget, panik sekaligus khawatir. Aku sendiri, tidak langsung menjawab pertanyaannya.
Sepertinya, punggungku patah.
ouch….it hurts… | Boleh kasi saran nggak, Fan? Karena di akhir cerita si tokoh ini dibanting sama pacarnya sampe pinggangnya mau patah, gimana kalo di bagian atas cerita si tokoh dikasi liat “sesuatu’ gitu. Sebagai kompensasi aja. Jadi, si Chintya ini nggak sedang berpakaian lengkap. Yah misalnya cuma pake rok tapi nggak pake bra…atau…
*ciyaaaaaaaaattt…
*dibanting sama Irfan
😀
*ciyaaaaaatttttt* x)))))
Another fun ff 🙂
Paling suka baca FF yg ceritanya santai dan fun, soalnya saya seringnya buat yg dark :mrgeen:
Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan jejak. 🙂
Hahaha… sukses buat saya tertawa
*jahat ih, orang kesakitan malah terbahak
Kirain tadi, si tokoh ‘aku’ bakal masuk ke ruang ganti no. 4 lalu menjahili dari situ, ternyata oh ternyata lebih parah hahaha… sampe masuk rumah sakit
semoga dapet suster yang cantik, hihihihi x))
Makasih udah mampir yaaa.
hahahahahah, makanya jangan usil sama pacar sendiri
hahaha, terima kasih
;D
xixixixixi…..
😀
huahahahaha, ini niatnya si ‘aku’ ini jadinya memang murni iseng atau ada tujuan lain sih? nevertheless, endingnya epic banget x))) kalo dibikin jadi berita bisa tuh “Ingin Usili Pacar, Pria Ini Malah Patah Punggung” #dikeplak
keep writing ya Fan!
Thanks Dis! It would be an epic headline x))
wah fun fiction, jarang – jarang nih. nice post 🙂
Thanks 😀